KdmChannel.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Kamis pagi, 4 Desember 2025 lalu, Bandara Internasional Minangkabau tampak lebih sibuk dari biasanya. Di antara lalu-lalang petugas, deru pesawat kecil Susi Air menjadi tanda kedatangan rombongan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dari kabin, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi turun dengan langkah cepat—tanpa penyambutan protokoler panjang, tanpa jeda seremonial—seolah waktu adalah barang paling mahal dalam situasi darurat.
“Saya sudah di Bandara Minangkabau, Sumatra Barat,” ucap Dedi singkat. Di balik pernyataan itu, tersimpan rangkaian operasi bantuan kemanusiaan yang disusun secara simultan di tiga provinsi sekaligus: Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
Kedatangan Gubernur Jabar ini tidak sekadar simbol politik. Investigasi di lapangan memperlihatkan bahwa pergerakan tersebut merupakan bagian dari skema bantuan lintas daerah yang dikerjakan secara cepat, terukur, dan penuh kalkulasi logistik.
Koordinasi Tiga Gubernur : Menyambung Titik Krisis
Begitu pesawat mendarat, Dedi tidak menuju ruang VIP, melainkan langsung berkoordinasi dengan para gubernur di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh. Bukan sekadar “melaporkan diri”, tetapi mengidentifikasi titik-titik kritis yang paling membutuhkan bantuan darurat dalam beberapa hari ke depan.
Investigasi menunjukkan bahwa komunikasi itu mencakup:
- pemetaan posko prioritas,
- jalur pengiriman yang masih layak,
- titik distribusi yang siap menampung logistik,
- serta menghindari tumpang tindih bantuan dari berbagai sumber.
Hal ini penting, sebab dalam banyak bencana, distribusi logistik kerap macet akibat informasi yang simpang-siur, birokrasi berlapis, atau kurangnya koordinasi antardaerah.
“Pak Gubernur permisi terlebih dulu, sekaligus mendapatkan arahan daerah mana saja yang perlu disasar oleh bantuan,” ujar Kepala Diskominfo Jabar, Mas Adi Komar.
Koordinasi itu memastikan bantuan tidak disalurkan secara acak, tetapi benar-benar menyentuh zona yang paling membutuhkan.
Belanja Mandiri di Toko Grosir Padang : Transparansi Tanpa Banyak Kata
Dalam liputan investigasi ini, sebuah detail menarik mencuat: Gubernur Dedi Mulyadi memimpin langsung proses pembelian logistik di sebuah kawasan grosir di Kota Padang. Bukan dari Bandung, bukan melalui vendor besar, tetapi belanja langsung di daerah terdampak.
Langkah ini memiliki dua makna penting:
- Memangkas waktu distribusi
Logistik tidak harus diterbangkan dari Jawa Barat. Barang dibeli di lokasi terdekat, lalu langsung diberangkatkan via udara. - Mengurangi potensi markup
Pola belanja langsung seperti ini menjadi salah satu cara memastikan harga transparan dan tidak melewati rantai distribusi yang panjang.
“Bapak (Dedi Mulyadi) belanja sendiri di toko grosir di Padang, sebelum diangkut pesawat ke sejumlah titik,” kata Adi Komar.
Tim investigasi di lapangan mengonfirmasi bahwa sejumlah bahan makanan pokok, perlengkapan kebersihan, selimut, serta kebutuhan pengungsi lainnya dimasukkan ke dalam palet pesawat dalam hitungan jam.
Dua Pesawat, Satu Ton Per Penerbangan : Operasi Cepat Dari Udara
Gubernur Dedi menjelaskan bahwa distribusi tahap pertama dilakukan menggunakan dua pesawat Susi Air, masing-masing berkapasitas satu ton sekali terbang. Pesawat-pesawat kecil itu dipilih karena mampu menjangkau bandara perintis yang lokasinya dekat dengan wilayah terdampak.
“Selanjutnya kedua pesawat Susi Air itu dengan kapasitas satu ton sekali terbang akan diterbangkan dari Bandara Minangkabau ke berbagai daerah tujuan yang bisa dijangkau,” katanya.
Model pengiriman udara seperti ini sangat efektif pada kondisi berikut:
- akses darat putus atau rusak,
- jarak tempuh terlalu panjang untuk truk logistik,
- dan kebutuhan di lapangan bersifat mendesak.
Dalam banyak bencana nasional, jalur udara kerap menjadi penopang distribusi awal sebelum jalur darat pulih.
Distribusi Darat : Truk-Truk Disiapkan untuk Menembus Zona Terdampak
Setelah pesawat menurunkan logistik di bandara kecil atau titik pendaratan yang disepakati, darat menjadi urat nadi berikutnya. Truk dengan kapasitas besar telah dikoordinasikan sebelumnya, memastikan pergerakan tidak berhenti di bandara saja.
“Dari daerah tujuan dari bandara-bandara yang nanti dijangkau akan didistribusikan melalui darat melalui truk-truk yang sudah kami siapkan,” kata Dedi.
Sistem dua jalur—udara dan darat—merupakan pola hybrid yang lazim dipakai dalam operasi kemanusiaan berskala besar, termasuk oleh BNPB, TNI AU, dan berbagai lembaga bantuan internasional.
Arahan Dari Tiga Kepala Daerah : Menentukan Titik Sasaran
Kadiskominfo Jabar mengonfirmasi bahwa seluruh pergerakan dilakukan berdasarkan arahan para gubernur Sumut, Sumbar, dan Aceh. Artinya, skema ini bukan intervensi dari luar, melainkan bantuan yang terkoordinasi secara resmi dan terukur.
“Jadi rombongan Pemprov Jabar yang dipimpin Pak Gubernur ke sini, sudah terkoordinasi,” jelas Mas Adi.
Bantuan ini akan dialokasikan untuk:
- posko darurat bencana,
- titik pengungsian,
- pusat logistik lokal,
- serta wilayah-wilayah yang tidak terjangkau bantuan besar dari pusat.
Dimensi Edukatif : Belajar dari Transparansi dan Kecepatan
Liputan investigatif ini menemukan bahwa model distribusi yang dilakukan Jabar menyimpan pelajaran penting bagi daerah lain, terutama yang sering menghadapi bencana:
1. Koordinasi lintas wilayah mencegah tumpang tindih
Bantuan tidak asal datang dan menumpuk di satu lokasi, sementara lokasi lain kekurangan.
2. Pembelian lokal mempercepat respons dan menggerakkan ekonomi daerah terdampak
Langkah ini menghindari birokrasi panjang dan mendorong perputaran ekonomi di lokasi bencana.
3. Penggunaan pesawat kecil meningkatkan efisiensi
Daerah terpencil yang tak punya akses truk besar bisa mendapatkan bantuan lebih cepat.
4. Kepemimpinan lapangan memperkuat kepercayaan publik
Keikutsertaan langsung kepala daerah bukan hanya simbol, tetapi memperlihatkan komitmen nyata.
Arah Inspiratif : Solidaritas Bukan Sekadar Kewajiban
Meskipun berbentuk bantuan antarprovinsi, gerakan ini memperlihatkan solidaritas yang melampaui batas administratif. Dalam konteks kebencanaan, hubungan daerah tidak hanya bersifat koordinatif, tetapi juga moral.
“Semoga seluruh rangkaian kegiatan ini bisa lancar dan tepat sasaran,” ujar Dedi.
Di tengah situasi darurat, harapan semacam itu bukan sekadar retorika. Ia menjadi pengingat bahwa dalam bencana, setiap menit berarti, setiap keputusan menentukan, dan setiap tindakan kecil dapat menyelamatkan nyawa. | KdmChannel.Com | */Redaksi | *** |


1 Comment
oke