KdmChannel.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Anda dapat bekerjasama dengan guru lain, mengembangkan jejaring dengan teman sejawat, orang tua, atau narasumber lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai experiential learning.
Bagaimana penjelasannya dan kenapa itu perlu dilakukan?
Secara garis besar, experiential learning adalah pembelajaran berbasis pengalaman. Ia adalah metode pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung sebagai sumber utama pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam aktivitas nyata dan mendorong mereka untuk merefleksikan dan mengaitkan pengalaman tersebut dengan konsep-konsep yang dipelajari.
Mengutip Gramedia.com, experiential learning (EL) adalah metode pembelajaran melalui pembentukan pengalaman peserta didik.
Metode ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai keberhasilan dengan memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pengalaman apa yang akan mereka fokuskan, keterampilan apa yang ingin mereka tingkatkan, dan dari situ, bagaimana mereka membuat suatu konsep dari pengalaman yang telah mereka alami itu.
EL adalah sebuah proses pembelajaran, proses melakukan perubahan yang memanfaatkan pengalaman sebagai media pembelajaran atau belajar.
Experiential learning fokus pada proses belajar yang dilakukan tiap-tiap individu. Experiential learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menempuh proses refleksi, dan juga menempuh suatu proses pembuatan makna dari pengalaman nyata.
Yangharus diperhatikan dalam experiential learning
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan experiential learning, di antaranya adalah:
1. Harus ada perencanaan yang matang
EL tak bisa dilakukan secara spontan, ia harus dipersiapkan dengan matang, semata-mata peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu, dengan perencanaan, materi bisa diberikan dengan tepat sasaran.
2. Harus punya tujuan yang jelas
Jika sudah ada perencanaan, artinya ada tujuan yang jelas. Bagaimanapun juga, metode EL tanpa tujuan yang jelas juga akan percuma. Dengan tujuan yang jelas, proses belajar akan menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus memberikan dampak pembelajaran yang berarti.
3. Guru harus terlibat aktif
Metode EL tak bisa dilakukan oleh siswa sendiri, tetap harus ada peran guru di dalamnya. Tugas guru tentu saja sebagai instruktur, pembimbing, dan temat diskusi yang bisa diandalkan.
Langkah-Langkah Melakukan Experiential Learning
Setidaknya ada tiga langkahdalam metode pembelajaran experiential learning:
1. Kegiatan Persiapan
– Pendidik merumuskan sebuah rencana pengalaman pembelajaran yang memiliki target tertentu dan bersifat terbuka atau open minded.
– Pendidik memberikan motivasi dan rangsangan kepada peserta didik.
2. Kegiatan Inti (Eksplorasi dan Elaborasi)
– Para peserta didik bekerja secara individu atau ditempatkan dalam sebuah kelompok, lalu mereka akan belajar dari pengalaman yang mereka alami.
– Para peserta didik ditempatkan pada berbagai situasi nyata, artinya para peserta didik mampu memecahkan masalah yang nyata terjadi, bukan dalam peristiwa lain atau pengganti.
– Peserta didik aktif terlibat dalam pengalaman yang ada, lalu mereka akan membuat sebuah keputusan, dan menerima konsekuensi atas keputusan yang mereka buat.
3. Kegiatan Penutup
– Pada kegiatan yang terakhir ini, seluruh peserta didik akan menceritakan kembali pengalaman mereka yang terkait dengan teori atau hal yang menjadi materi pembelajaran, untuk memperluas pengalaman dan pemahaman pembelajaran peserta didik.
Terkait kolaborasi sebagai seorang guru, kita harus percaya bahwa pembelajaran yang bermakna tidak cukup hanya dengan menyampaikan materi. Dibutuhkan pendekatan yang mampu menyentuh hati, menantang pikiran, dan menghidupkan pengalaman.
Di sinilah seorang guru harus mulai tertarik mendalami experiential learning. Kolaborasi mengajarkan kita bahwa pemahaman mendalam tidak lahir dari teori semata, tetapi dari kerja sama, keterbukaan belajar, dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman.
Pengalaman ini mendorong guru untuk terus membangun jejaring, melibatkan lebih banyak pihak, dan menjadikan pembelajaran sebagai ruang pertumbuhan bersama bagi saya, rekan sejawat, siswa, dan juga orang tua dan atau narasumber lain.
Tak hanya itu, seorang guru kita harus sadar bahwa penerapan experiential learning akan lebih efektif jika dilakukan secara kolaboratif.
Oleh karena itu, kita harus berusaha menjalin kerja sama dengan guru lain, membangun jejaring dengan teman sejawat. melibatkan orang tua murid, hingga menghadirkan narasumber dari luar sekolah.
Dengan kolaborasi memungkinkangurumendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan ide-ide baru dalam merancang pengalaman belajar yang kontekstual dan relevan.
Dan dengan berbagai masukan tersebut, guru bisa menyusun pembelajaran yang tidak hanya mengaktifkan keterlibatan murid, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial, emosional, dan berpikir kritis mereka secara menyeluruh.
Begitulah, Andadapat bekerjasama dengan guru lain, mengembangkan jejaring dengan teman sejawat, orang tua, atau narasumber lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai experiential learning. | KdmChannel.Com | IntiSari | *** |
1 Comment
oke